Kamis, 27 November 2014

Resume of Review “Flavonoids and Phenolic acid : Role and biochemical activity in plants and human”

Pengaruh makanan fenolat saat ini sangat menarik karena aktivitas antioksidan dan anti kankernya. Asam fenolat dan flavonoid juga berfungsi sebagai zat pereduksi, penangkal radikal bebas, dan penyempurna pembentukan oksigen singlet. Selain itu, komponen flavonoid dan asam fenolat memainkan peran penting dalam pengendalian kanker dan penyakit manusia lainnya.
Asam fenolik adalah metabolit sekunder yang tersebar secara ekstensif di seluruh golongan tumbuhan. Senyawa fenolik sangat penting untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman, dan diproduksi sebagai akibat faktor lingkungan (cahaya, dingin, polusi dll) dan sebagai bentuk pertahanan tanaman. Tekanan udara dingin menyebabkan kandungan total fenol dan kapasitas antioksidan menjadi tinggi dalam petunia. 
Flavonoid  adalah senyawa metabolit sekunder tanaman dengan struktur polifenol.  Flavonoid disintesis Flavonoid  jalur fenilpropanoid dan memulai komponen molekul fenilalanin. Semua flavonoid memiliki kerangka struktural dasar C6-C3-C6, yang terdiri dari dua cincin aromatik C6 (A dan B) dan cincin heterosiklik (C) yang berisi satu atom oksigen.Flavonoid telah diklasifikasikan ke dalam enam subkelompok:
1. Flavones (luteonin, apigenin, tangeritin).  
2. Flavonols  (quercetin,  kaemferol,  myricetin, isorhamnetin, pachypodol). 
3. Flavanones (hesteretin, naringenin, eriodictyol). 
4. Flavan-3-ols: catechins and epicatechins.  
5. Isoflavones (genistein, daidzein, glycitein).  
6. Anthocyanidins  compounds  (cyanidin,  delphinidin, malvidin, pelargonidin,  peonidin, petunidin).
Flavonoid  terkenal untuk aktivitas antioksidannya. Antioksidan adalah senyawa khusus yang melindungi sel-sel manusia, hewan dan tumbuhan terhadap efek merusak dari radikal bebas (Reactive Oxygen Species, ROS). Ketidakseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas menyebabkan stres oksidatif, yang akan / dapat menyebabkan kerusakan sel. Baru-baru ini, fenolat dan flavonoid telah dianggap sebagai antioksidan yang besar dan terbukti lebih efektif daripada vitamin C, E, dan karotenoid. Sifat antioksidan senyawa fenolik dan flavonoid melalui mekanisme sebagai berikut: (1) menangkap radikal bebas seperti ROS / Reactive  Nitrogen Species (RNS); (2) menekan pembentukan ROS / RNS dengan menghambat beberapa enzim atau mengkomplekskan logam yang terlibat dalam produksi radikal bebas; (3) mengatur atau melindungi pertahanan antioksidan. Aktivitas reduksi dari senyawa fenolat dan flavonoid tergantung pada jumlah gugus hidroksil bebas dalam struktur molekul, yang akan diperkuat dengan halangan steriknya.
Luteolin adalah suatu flavon yang bertindak sebagai antioksidan, penangkap radikal bebas, agen antiinflamasi, modulator sistem kekebalan tubuh dan agen pencegah kanker. Isolasi polifenol dari jahe muda (Zingiber officinale) termasuk quercetin, kaempferol, asam galat rutin, yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara manusia (MCF-7 dan MDA-MB-231).
Diet dengan konsumsi antioksidan yang tinggi seperti buah dan sayur dapat mengurangi resiko berbagai jenis kanker karena antioksidan dapat menjadi agen antikanker yang efektif. Polifenol dari strawberry, ekstrak wine dan polifenol green tea menunjukkan dapat menghambat pertumbuhan kanker payudara (MCF 7), oral (KB, CAL-27), colon (HT-29, HCT-118), dan prostat (LNCaP, DU-145), sedangkan flavonoid citrus dapat menghambat pertumbuhan sel leukimia HL-60. 
Epigallocatechin merupakan antiangiogenesis yang efektif untuk menghambat invasi dan poliferasi sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel tumor kandung kemih dan sel kanker payudara. Kombinasi quersetin dan ultrasound pada sel kanker kulit dan kanker prostat menunjukkan mortalitas sebesar 90% dibawah 48 jam tanpa membunuh sel normal. 
Fungsi flavonoid pada tanaman adalah :
1. Sebagai microorganism communication
2. Sebagai stimulant atau pertahanan
3. Sebagai pemberi pigmen
4. Sebagai flavouring
Flavonoid disintesis pada jalur phenylpropanoid, sedangkan senyawa phenolic disintesis pada jalur asam sikimat pada tanaman. 


Rabu, 26 November 2014

Determination of Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases

Determination of  Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases


Binahong merupakan salah satu tanaman obat yang sudah ada sejak dulu. Tanaman ini tumbuh baik dalam iklim tropis, terutama Brazil. Di Vietnam, binahong banyak diolah untuk makanan. Sedangkan di Indonesia sendiri, tanaman ini kurang populer. Padahal, hampir semua bagian tanaman binahong ini dapat dimanfaatkan untuk terapi herbal. Tanaman binahong mengandung saponin, alkaloid, polifenol, flavonoid, dan mono polisakarida. Selain itu, juga kaya akan flavonoid, terutama pada daun, batang, akar, dan bunga.
Saponin dapat dijumpai pada bagian akar dan daun. Isolasi saponin, dapat dimanfaatkan untuk berbagai pengobatan, seperti, antitumor, menurunkan kolesterol, menaikkan daya tahan tubuh, antikanker, antioksidan, dan menekan resiko serangan jantung koroner.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk identifikasi saponin pada tanaman binahong. Baik secara kualitatif maupun kuantitif. Untuk identifikasi secara kualitatif, menggunakan sampel kering dan sampel segar tanaman binahong. Lalu, dapat juga dilakukan uji dengan kromatografi lapis tipis. Sedangkan secara kuantitatif, dapat digunakan metode analisis. Selain diidentifikasi kandungan senyawa saponin, tanaman binahong juga diidentifkasi kandungan kimia lainnya, yaitu glikosida, terpen, steroid, dan alkaloid. Pengujian kandungan senyawa ini dilakukan secara kualitatif.
Hasil yang didapat dari uji saponin pada akar, batang, daun, dan bunga tanaman binahong, positif mengandung saponin, baik menggunakan sampel kering maupun sampel basah. Selain itu, juga didapat hasil positif pada uji terpen dan glikosida. Artinya, senyawa terpen dan glikosida ini terdapat pada bagian akar, batang, daun, dan bunga. Pada uji alkaloid, hanya bunga dari tanaman binahong yang menunjukkan hasil negatif, tidak terdapat senyawa alkaloid. Sedangkan pada akar, batang, dan daun ditemukan senyawa alkaloid. Kemudian pada uji steroid, tidak ditemukan senyawa ini pada akar dan bunga, tapi terdapat pada akar dan daun.
Lalu pada uji kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), ditemukan senyawa saponin pada akar, akar, dan daun. Sedangkan pada uji secara kuantitatif, kadar saponin tertinggi pada akar, yaitu sebesar 43.15 %. Kadar saponin terendah pada batang, sebesar 3.65 %, dan pada daun 28.14 %. Sampel yang digunakan pada uji kualitatif ini adalah sampel kering.
Jadi, karena hampir seluruh bagian tanaman ini mengandung senyawa yang bermanfaat untuk pengobatan (terapeutik), seperti saponin, steroid, glikosida, dan alkaloid, dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman binahong ini merupakan tanaman obat yang potensial untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Senin, 24 November 2014

Summary of Antioxidant Activity, Phenol and Flavonoid Contents of Some Selected Iranian Medicinal Plants



SUMMARY OF:
Antioxidant activity, phenol and flavonoid contents of some selected Iranian medicinal plants
(Aktivitas Antioksidan, jumlah senyawa fenol dan flavonoid pada beberapa tumbuhan obat Iranian)
Radikal bebas telah menyumbang lebih dari seratus kelainan pada manusia termasuk arterosklerosis, artritis, iskemia, cedera pada system saraf pusat, gastritis, kanker bahkan AIDS. Proses oksidasi sendiri merupakan salah satu proses paling penting dalam produksi radikal bebas dalam makanan, obat bahkan sistem kehidupan. Radikal bebas yang disebabkan karena polusi lingkungan, radiasi, bahan kimia, racun dan sebagainya dapat menyebabkan penipisan pada sistem antioksidan imun, perubahan ekspresi gen, dan induksi protein abnormal.
Baru-baru ini ditemukan antioksidan sintesis seperti butylated hydroxyl anisole (BHA), butylated hydroxyl toluene (BHT), tertiary butyated hydroquinone dan ester asam galat teridentifikasi mendorong efek kesehatan negatif. Karenanya, penggunaan senyawa-senyawa itu harus dibatasi dan mengganti penggunaan senyawa-senyawa tersebut dengan antioksidan alami.
Penelitian menyatakan bahwa tumbuhan obat tradisional Iranian seperti Mellilotus officinali (Fabaceae), Equisetum maximum (Equiseteceae), Plantago major (Plantaginaceae) memiliki aktivitas antioksidan tinggi karena keberadaan flavonoid yang merupakan senyawa polifenol yang bercirikan penangkap radikal bebas, penginhibisi enzim hidrolitik dan oksidatif serta memiliki aktivitas antiinflamasi. Dari penelitian secara in vitro, tumbuhan-tumbuhan tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Dimana mekanisme aksi flavonoid adalah dengan penangkapan atau proses pembentukan khelat.
Dalam riset ini digunakan beberapa uji, yaitu: untuk menentukan keberadaan flavonoid maupun fenol dalam tumbuhan obat tradisional Iranian serta penentuan aktivitas penangkapan radikal bebas dengan menggunakan DPPH. Dan hasilnya yaitu: tumbuhan Mellilotus officinalis hanya membutuhkan 0,1 mg/ml untuk menghasilkan aktivitas penangkapan radikal bebas sebesar 94,3%. Sedangkan BHT perlu 0,4 mg/ml untuk menunjukkan aktivitas penangkapan radikal bebas sebesar 93%
Maka, dapat disimpulkan bahwa ekstrak M. officinalis dengan jumlah senyawa flavonoid dan fenolik paling tinggi menunjukkan aktivitas antioksidan paling baik ketimbang antioksidan sintesis, BHT (butylated hydroxyl toluene)

Selasa, 18 November 2014

Halo

Assalammu'alaykum all..
This is our first blog. Hope you enjoy it :)